Menggapai Qalbun Salim

0

Pada hari akhirat nanti, waktu kita menghadap Allah SWT, kita harus menyetorkan seluruh amal kita. Semua itu sudah terdeteksi dengan rapi dan baik, karena sudah ada memory dan file-nya masing-masing sehingga tidak akan keliru. Amal saya tidak akan keliru atau ketukar dengan amal sampeyan. Karena semenjak di dunia, kita sudah diberi identitas. Identitas yang biasa dipakai adalah sidik jari, dan ternyata tidak ada sidik jari manusia yang sama; Berkembang lagi pengetahuan, ternyata rambut orang juga tidak ada yang sama; darah manusia juga tidak ada yang sama. Golongannya mungkin sama, tetapi DNA-nya tidak sama.
Semua tindakan kita secara lahir dan bathin “dengan sendirinya” tercatat. Kalau dalam bahasa agama adalah dicatat Malaikat Raqib dan ‘Atid. Dulu saya membayangkan betapa besarnya buku amalan kita nanti. Umpama semua kelakuan kita sejak kecil ditulis, tentu bukunya bisa setara dengan satu masjid. Itu adalah bayangan kita ketika masih goblok. Sekarang ini di HP atau komputer, onderdil yang begitu kecil bisa menyimpan data yang begitu besar. Allah SWT berfirman bahwa besok kalau kita sudah masuk di alam akhirat, dari tengkuk kita ini akan keluar buku. Itulah buku catatan amal kita.
Allah SWT berfirman dalam Surat Asy-Syu’araa’ : 88-89 يَوْمُ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُوْنَ ﴿٨٨﴾ اِلَّا مَنْ أَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ (yaitu) pada hari (di mana) harta dan anak-anak tidak lagi berguna, Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,
Pada saat itu harta sudah tidak berguna, anak juga sudah tidak berguna. Karena harta itu hanya berguna di dunia saja, dan harta itu akan dibawa ke akhirat kalau harta itu diproses menjadi amal, maka katut (ikut) menjadi catatan amal. Tapi selama harta masih berupa harta, maka harta itu tidak akan ikut kita. Anak-anak kita juga sudah tidak bisa mendo’akan kita lagi. Anak itu berguna maksimal sampai kita di alam kubur saja, kalau mereka memang mendo’akan kita dan mereka shalih hatinya, bukan shalih namanya. Adapun yang bisa diterima oleh Allah SWT adalah Qalbin Saliim (Hati yang selamet). Selamat dari syirik, kufur, dan selamat dari penentangan kepada Allah SWT, atau masalah-masalah yang menyangkut aqidah lainnya. Kalau menyangkut perkara amaliyah, maka ada hisabnya. Kalau menyangkut aqidah, maka sudah pasti ditolak, sebab hatinya bukan termasuk Qalbun Saliim.
Jadi ada dua hal yang perlu diperhatikan, bahwasanya di akhirat nanti ada posisi keimanan–keyakinan dan posisi amal baik-buruk. Oleh karenanya, orang-orang kafir tidak akan diterima amalnya. Orang Islam yang berdosa, dihitung dulu dosanya. Ada perbedaan antara keyakinan dan amal. Oleh karenanya, aqidah itu harus dijaga betul-betul agar tidak ditolak oleh Allah SWT. Jadi, yang dimaksud dengan Qalbun Salim adalah:
Selamat dari semua keyakinan yang salah Sehingga di dalam Hadits Rasulullah SAW disebutkan:
Barang siapa akhir kalamnya adalah لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ, maka dia (pasti) masuk surga
Orang yang pada akhir hayatnya atau akhir ucapannya adalah kalimat لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ, maka dia akan masuk surga. Masuk surga ini tidak bleng, karena ada hak masuk surga. Itulah makna Hadits di atas. “Karcis-nya” itu harus ngantri di loket amalnya. Tapi kalau Qalbun-nya tidak Saliim, maka tidak ada loket lagi baginya. Oleh karenanya, hati-hatilah dan jagalah aqidah. Orang yang tidak shalat itu berdosa, tapi orang yang berani mengatakan shalat itu tidak perlu adalah kafir. Orang yang tidak kawin itu rugi, setelah kawin baru merasa rugi, kenapa kok tidak dulu-dulu. Tapi orang yang menentang lembaga perkawian bahwa hidup tidak usah kawin, dia adalah kafir. Jadi, penentangan terhadap ajaran pokok Islam itu kafur, kalau belum bisa melakukan ajaran pokok itu berarti dia berdosa. Saya ingatkan masalah ini, karena anak-anak muda sekarang ini sudah ndak karu-karuan. Karena ingin modern seperti Amerika, mereka berani bilang shalat tidak perlu. Kalau dia aras-arasen shalat, dia berdosa. Tapi kalau dia bilang shalat tidak perlu, berarti dia telah menghapuskan syari’at shalat, sehingga dia tergolong kafir.
Kyai-kyai di Kediri ngeluh kepada. Mereka berkata: “Anak-anak saya yang sudah lulus di pesantren salaf, saya masukkan di Ma’had Aly Kediri, lalu melok organisasi – PMII, HMI, dsb. – mereka mulai ndak shalat, alasannya sebagai sikap moderat. Belakangan mulai ada yang mengatakan bahwa shalat itu tidak perlu, shalat hanyalah alternatif”.
Sekarang ada “ilmu dajjal” baru yang disebut Hermeneutika. Agama dijujuk esensi dan tujuannya, tidak pada proses, bentuk, dan lakunya. Misalnya: Shalat dilakukan supaya hati menjadi tenang, sedangkan kalau sudah tenang tidak perlu shalat. Itu termasuk Hermeneutika. Zakat disyari’atkan karena orang tidak cukup makan, ketika rakyat sudah cukup makan, maka syari’at zakat tidak lagi diperlukan. Inilah yang saya katakan; “Orang yang menjalankan ibadah tidak boleh mengambil hikmahnya saja, karena belum tentu dia menduga hikmahnya itu benar dan belum tentu hikmahnya cuma yang diomongkan itu saja. Shalat untuk ketenangan, tapi apakah shalat hanya untuk ketenangan hati saja? Tentu tidak. Semua contoh tadi termasuk cakupan ilmu hermeneutika yang ujung-ujungnya adalah menuruti selera syahwat dan nafsu. Jadi, mereka mengukur sesuatu berdasarkan selera.
Yang perlu kita jaga adalah Qalbun Salim. Dari Qalbun Salim inilah kita harapkan muncul amal shalih, lalu amal shalih itulah yang kita bawa ke hadapan Allah SWT. Perlunya untuk apa? Perlunya adalah semua yang engkau punyai, proseslah menjadi amal, akhirnya bisa menjadi modal menghadap Allah SWT. Pinter itu belum menjadi modal, pinter akan menjadi modal kalau sudah dijadikan amal, misalnya; kepinteran itu digunakan untuk belajar maupun mengajar. Belajar dan mengaja itu amal, tapi volume ilmu itu belum menjadi amal. Contoh lain: Mencari harta untuk makan itu adalah amal, tapi kalau kita terima masih berupa barang, berarti belum menjadi amal, kecuali kalau sudah ditasharufkan. Ada seorang sufi yang berkata: “Kalau kamu ingin membawa seluruh harta, maka lepaskanlah harta itu. Kalau kamu ingin meninggalkan harta itu, maka peganglah terus-menerus”. Karena kalau kamu pegang terus-menerus akan menjadi harta waris, karena ndak mungkin dibawa ke kuburan. Tapi kalau harta itu ditasharufkan, maka harta itu akan mengikuti kamu.
Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Hujuurat : 1
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
Kamu jangan membawa harta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, karena harta itu bikinan Allah SWT, maka Dia tidak memerlukan harta, demikian juga dengan Rasul-Nya. Maka dari itu, jangan nyetor harta kepada-Nya, karena yang demikian itu adalah pekerjaan orang musyrik. Contoh: Beberapa hari yang lalu, Gunung Bromo dikabarkan akan meletus, lalu masyarakat berbondong-bondong membawa kambing, ayam, bebek, dsb. untuk dimasukkan di situ. Saya tanya, kenapa dicemplungno? Mereka menjawab: “Kita kirim kepada tuhan”. Untuk apa tuhan kok makan bebek?. Tuhan itu yang membuat bebek, maka Dia tidak memerlukan bebek. Tuhan tidak memerlukan binatang qurban. Yang sampai kepada Allah SWT bukan daging qurban, melainkan manut (taat) untuk disuruh berqurban. Jadi yang dikirim adalah ketaatan.
Demikian juga dengan orang yang mencari ilmu, ada yang pinter, bodoh, atau terlalu bodoh. Tapi sekolahnya orang pinter maupun orang bodoh itu ganjarane podo, senajan pintere ora podo. Karena yang dihitung bukan kadar ilmu yang diperolah, melainkan ketaatannya untuk mencari ilmu. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Hujuraat : 1
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
Perhatikan!, di sini ada aqidah, ada amal, dan ada niat. Adapun niat di sini adalah dengan jiwa Basmalah. Kalau Basmalah itu sampai di hati, maka akan terasa. Oleh karena itu, orang wiridan atau dzikir itu tergantung pada qalbun-nya, apakah salim atau tidak. Jika saya dan kamu membaca kalimat لا إله إلا الله, hasilnya tidak sama dengan orang yang membaca kalimat itu dengan hati yang bersih. Orang yang dzikir dengan hati yang bersih itu ibarat cangkir yang melumah, sehingga kalau dituangi air, air itu akan masuk; sedangkan kalau cangkirnya miring, maka air yang masuk hanya sedikit, dan kalau cangkir itu mengkurep, maka meski digerojok dengan lumpur sidoarjo pun, tetap ndak ada yang masuk. Maka dari itu, usahakan berdzikir dengan qalbuun salim (hati yang selamat).
Menurut Imam Ghozali RA, salah satu dari kekuasaan Allah SWT adalah keajaiban hati. Coba kamu pikir!, hati itu mempunyai tiga bagian: bagian kiri, kanan dan tengah. Rasa senang dan rasa sedih ada di situ, namun umpama dicari oleh dokter, niscaya tidak akan ketemu. Perhatikan hubungan alam dzahir dengan alam ghaib dalam hati yang sungguh luar biasa itu. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Mukminuun : 14
Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
Karena di dalam hati itu ada penyakitnya, maka Allah SWT menurunkan obatnya sebagaimana dalam Surat Yunus : 57
Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Jadi, Allah SWT itu telah membuat segalanya. Allah SWT membuat hati, penyakit hati dan obatnya sekaligus.
Mau’idzah, Hudan dan Rahmat tadi ditujukan untuk orang-orang yang beriman. Kalau ndak beriman, maka tidak akan bisa memperolehnya. Bagaimana mungkin seseorang mau ada penyembuhan di dalam hati, padahal dia tidak beriman kepada Dzat yang mempunyai hati?

Lihat: http://pers-alhikam.blogspot.com/

KURIKULUM SEKOLAH TINGGI KULLIYATUL QUR’AN AL-HI PONDOK PESANTREN MAHASISWA AL HIKAM JAKARTA

0

Di tengah perkembangan kehidupan yang demikian cepat, umat Islam Indonesia tidak saja di tuntut meresponnya secara cepat, tetepi juga menanggapinya dengan dengan mengacu pada ini meniscayakan tidak hanya penguasaan dan pemahaman secara komperhensif. Kandungan ajaran ajaran Islam yang terdapat pada Al-Quran, Sunnah dan khazanah pemikiran para ulama, tetapi juga kompetensi menganalisa setiap fenomena sosial yang secara langsung bersinggung pada kehidupan yang secara langsung bersinggung dengan kehidupan umat Islam sehari hari. Untuk dapat mengembangkan kompetensi ini diperlukan upaya sadar mencetak kader kader Muslim potensial yang dapat memahami Islam secara komprehansif sesuai dengan latar belakang sosial dan budaya masyarakat yang berkembang.
Sebenarnya umat Islam di Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk dapat menjawab tantangan tersebut akan tetapi potensial umat Islam tersebut belum sepenuhnya diperdayakan melalui serangkayan program pendidikan dan pemberdayaan yang sempurna yang terencana dengan baik.salah satu potensi umat Islam Indonesia yang belum tergarap secara maksimal adalah banyaknya kader-kader Muslim penghafal Al-Qur’an yang dihasilkan oleh pesantren-pesantren atau lembaga khusus penghafal Al-Quran jumlah penghafalan Al-Qur’an yang cukup banyak tersebar di seluruh wilayah Indonesia masih di rasa belum sebanding dengan dengan kontribusi dan peran yang mereka mainkan dalam kehidupan sosial. Padahal, jika penghafal Al-Qur’an yang jumlahnya ribuan ini diberdayakan secara optimal, maka mereka menjadi kader Muslim yang dapat memahami Al-Qur’an secara utuh tetapi juga bisa mengkontekstualkannya dalam menjawab tantangan dan kebutuhan umat Islam dewasa ini.
Pilihan sadar untuk memperdayakan para penghafal ini di dasari beberapa kenyataan bahwa mereka memiliki potensi kekuatan atau kelebihan sekaligus memiliki kelemahan. Potensi kelebihan itu juga di arahkan dan dikelola melalui program pelatihan dan pendidikan yang terencana dengan baik dapat menjadi modal utama untuk menjawab kebutuhan umat dan tantangan yang mereka hadapi. Sementara itu, identifikasi terhadap beberapa kelemahan yang dimiliki para penghafal Al-Qur’an diharapkan dapat menjadi acuan dalam memaksimalkan potensi kekuatan mereka.
Potensi kekuatan mereka ini antara lain: pertama, mereka yang rata-rata berusia 18-23 tahun ini umumnya memiliki tingkat kesalehan yang tinggi. Modal kesalehan ini sangat penting terutama jika disertai dengan modal kecerdasan dalam bingkai keilmuan. Kedua, para penghafal al-Qur’an ini umumnya memiliki daya ingat yang cukup kuat. Potensi daya ingat ini sangat di butuhkan bagi proses pendidikan dan pembelajaran berbagai macam ilmu ke-Islam-an yang tidak saja mengandalkan otak nalar, tapi juga potensi daya ingat. Ketiga,dengan modal kesalehan yang mereka miliki, para penghafal Al-Qur’an ini sejatinya telah memiliki kesiapan untuk berjuang dengan penuh keikhlasan untuk kepentingan agama dan masyarakat mereka. Ketiga, potensi yang di miliki para penghafal ini jarang ditemukan pada lulusan beberapa pendidikan formal lainnya di Indonesia.
Di samping memiliki kelebihan di atas, para penghafal yang dihasilkan pesantren-pesantren dan institusi penghafal Al-Qur’an ini juga memiliki kelemahan kelemahan: Petama, pada umumnya kemampuan hafalan mereka masih bersifat tekstual, mereka belum mempunyai kemampuan yang dalam atas memahami kandungan isi Al-Qur’an, selama ini penghafal Al-Qur’an yang potensial ini hanya dimanfaatkan untuk acara-acara seremonial. Memang hal ini baik untuk syiar Islam, tetapi sangat disayangkan mengingat usia mereka yang masih relatif muda dan masih memungkinkan untuk bisa memahami dan mendalami kandungan teks Al-Qur’an untuk kepentingan ke-umat-an yang lebih luas. Ketiga. karena umumnya mereka hanya belajar menghafal Al-Qur’an tanpa di barengi dengan ilmu ke-Islam-an lainnya, maka mereka tidak memiliki orientasi untuk melanjutkan ke jenjang lebih tinggi setelah menghafal Al Qur’an. Keempat, umumnya para penghafal Al-Qur’an ini berasal dari keluarga yang latar belakang sosial ekonominya kurang mampu sehingga mereka tidak mungkin menempuh pendidikan tinggi (high education) lanjutan yang tidak hanya membutuhkan biaya yang tidak sedikit (high cost).
Dengan melalui kelemahan dan kelebihan di atas, perlu di upayakan sebuah lembaga pendidikan tinggi dengan biaya murah (low cost) yang memungkinkan para penghafal Al-Qur’an dapat mengenyam pendidikan lanjutan untuk mengembangkan potensi mereka sehingga dapat berperan aktif dalam proses pengembangan dan penerapan ilmu-ilmu ke-Islam-an di tengah-tengah kehidupan sosial yang terus berkembang. Untuk menjawab tantangan ini pesantren Al Hikam Depok berupaya meng-ikhtiar-kan berdirinya sebuah lembaga pendidikan tinggi Islam bernama Sekolah Tinggi Kulliyatul Qur’an Al-Hikam Depok. Lembaga ini merupakan lembaga pendidikan tinggi Islam yang bertujuan membina kader-kader Muslim penghafal Al-Qur’an agar dapat mengasah keilmuan mereka sehingga dapat berperan aktif di masyarakat.

VISI
Menjadikan Sekolah Tinggi Kulliyatul Qur’an Al-Hikam Depok sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi Islam terdepan dalam pengembangan, pendalaman dan penerapan keilmuan ke-Islam-an khususnya bagi penghafal Al-Qur’an dan mengintegrasikannya dengan bidang keilmuan lainnya.

MISI
Misi yang di emban oleh Sekolah Tinggi Kulliyatul Qur’an Al-Hikam ini adalah sebagai berikut:
1.    Meningkatkan kualitas para penghafal Al-Qur’an dalam memahami kandungan Al –Qur’an.
2.    Meningkatkan kompetensi para penghafal Al-Qur’an melalui pembekalan dan penguasaan ilmu-ilmu alat atau ilmu bahasa, metode dakwah dan pengembangan wawasan.
3.    Memberikan bekal keilmuan bagi para penghafal Al-Qur’an agar dapat berkiprah secara optimal di tengah tengah masyarakat melalui kegiatan ta’lim, tarbiyah ,ta’dib dan irsyad.

TUJUAN
PROFIL DAN PROSPEK LULUSAN
Di harapkan lembaga Sekolah Tinggi Kulliyatul Qur’an Al-Hikam dapat menghasilkan lulusan yang dapat menguasai kandungan Al-Quran dan ilmu-ilmu ke-Islam-an sehingga mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat.

REKRUTMEN MAHASISWA
1.    Seleksi mahasiswa di lakukan melalui tes di masing-masing Provinsi. dari hasil tes ini dipilih dua orang mahasiswa dari seluruh Provinsi di pulau Jawa dan satu orang berasal dari provinsi-provinsi di luar Jawa.
2.    Rekrutmen santri dilakukan melalui lembaga Jami’atul Quro wal Huffadz atau melalui pengurus NU setempat.

PERSYARATAN MAHASISWA
1.    Hafal Al-Quran 30 juz
2.    Berijazah setingkat SLTA
3.    Memiliki kecakapan bahasa Arab dan bahasa Inggris
4.    Berusia antara 18-23 tahun
STUKTUR KURIKULUM
Kegiatan belajar mengajar di Sekolah Tinggi Kuliyatul Qur’an Al-Hikam akan di tempuh selama lima tahun yang terbagi menjadi sepuluh semester. Mulai semester pertama sampai semester delapan mahasiswa di ajarkan beberapa mata kuliah yang relevan dengan kompetensi yang di harapkan. Kemudian di lanjutkan dengan pelaksanaan kuliah kerja nyata pada semester ke sembilan dan penulisan skripsi pada semester ke sepuluh.
1.    Kurikulum dan silabus
Secara garis besar, kurikuklum Sekolah Tinggi Kulliyatul Qur’an Al-Hikam di bagi menjadi dua bagian yang merupakan satu kesatuan yang integral, yaitu intra kulikuler dan ekstra kuliluler.
2.    Intra Kulikuler
Intra kulikuler adalah kegiatan yang dirancang sesuai dengan tujuan-tujuan instruksional. Kegiatan ini dihitung berdasarkan bobot dirosah yang bersangkutan, yaitu 2 eks mata dirosah dengan 100 menit tatap muka,100 menit tugas terstruktur, dan 100 menit tugas mandiri. Kegiatan ini menjadi tanggung jawab dosen pemangku dirosah, dibantu dangan asisten (jika ada).kegiatan intra kurikuler dilaksanakan dengan mempertimbangkan beberapa aspek pengajaran yang bersifat demokratis dan kolegal.

Pilar-Pilar Aswaja

0

Pilar-Pilar Aswaja

Sekarang ini, aliran-aliran dan gerakan-gerakan politik sudah ada di sekitar kita. Kita tidak usah ikut-ikut ke sana, tetap saja pada ASWAJA. Ini penting, soale wis usum, mereka semua sudah masuk ke kampung, kampus, masjid, dsb. Wis ojok melok-melok, tetep pada ASWAJA yang patokannya sudah jelas. Patokan ASWAJA dalam bidang tauhid adalah Imam Al-Asy’ari dan Imam Al-Maturidy. Patokan dalam bidang Ilmu Fiqih adalah salah satu dari madzhab empat, yaitu Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i, dan Imam Hambali RA. Madzhab Imam Syafi’i iku sing paling luwes, sebab piyambake rono-rene. Beliau pernah tinggal di Mekkah, Madinah, Baghdad, Mesir, dsb. sehingga beliau iso membanding-bandingkan.
Imam Malik itu hanya tinggal di Madinah saja, mulane beliau menjadi Ahli Hadits terkemuka, karena Hadits numpuk di Madinah. Nabi Muhammad SAW hidup lama di Madinah, sehingga kelumpukan Hadits ada di Madinah juga sangat banyak. Hadits itulah yang menjadi ilmu andalan dari Imam Malik. Mulane, seakan-akan Imam Malik iku nggak duwe pendapat, karena nyaris semua pendapatnya mengacu kepada Hadits. Saking akehe Hadits sing diapalno Imam Malik, ngantek luweh teko 100.000 Hadits. Bandingno karo awak-awak’an iki, utange tok lali, opo maneh apal Hadits. Imam Malik iku sugih tapi sufi. Anehe, sufi itu orang yang atine gak kedunyan, padahal Imam Malik diparingi sugih. Opo dungane Imam Malik supoyo sugih lan sufi?, do’anya adalah: “Ya Allah, letakkanlah dunia di tangan saya, jangan letakkan dunia itu di hati saya”
Do’a ini bermakna: Kalau dunia hanya ditelakkan di tangan saya, maka dunia itu akan saya gunakan, bukan saya yang dipergunakan dunia. Akan tetapi kalau dunia itu diletakkan di hati, maka hati kita yang digerakkan oleh dunia. Jadi, pertanyaannya, siapa juragannya, kita ataukah dunia?. Jadi, pertanyaannya, siapa juragannya, kita ataukah dunia?. Karena Imam Malik iku sugih, alim, dan sufi, maka kabeh santrine dibandani, baik mangan, biaya sekolah, kebutuhan kitab, dsb. Bahkan Imam Syafi’i RA ketika mau budal neng Baghadad, disangoni oleh Imam Malik. Sedangan Imam Madzhab sing melarat adalah Imam Syafi’i RA. Ketika berusia 2 tahun, beliau sudah ditinggal ibunya. Ada cerita, pada waktu kulo wonten Qatar, kepanggeh Imam besar saat ini yang namanya Syaikh Yusuf Qardhawi. Beliau bertanya: “Orang Indonesia pakai madzhab apa?”. Saya menjawab: “Mayoritas madzhab Imam Syafi’i RA”. Lalu beliau berkomentar: “Syafi’iyyun Fuqaraa'”. Imam Hanafi RA juga tergolong kaya. Jadi, orang sufi itu nggak mesti melarat. Senajan melarat, tapi kalau nggeragas, yo gak onok sufine. Yang dimaksud dengan sufi adalah orang yang hidup berdasarkan kebutuhan, bukan berdasarkan kemauan. Jadi, kalau sudah luwe, baru perlu sego; nek ngelak, lagek perlu ngombe, dst.
Ada maqalah kaum sufi: “Untuk apa kamu membangun sesuatu yang tidak engkau tempati, dan untuk apa kamu mengumpulkan apa yang tidak kamu makan.” Ibaratnya, turumu mek sak dipan, ono apo kowe nggawe kamar ngantek 40, opo kate ngolah-ngaleh turu?
Di bidang tarekat atau tasawuf, ASWAJA mengikuti Imam Junaid Al-Baghdadi dan Imam Al-Ghozali. Dalam ASWAJA ada tiga istilah, fiqhul ahkaam, fiqhud da’wah dan fiqhus siyasah. Fiqhus Siyasah di dalam ASWAJA itu luwes. Yang penting, kalau bisa syari’at dijadikan undang-undang Negara. Kalau tidak bisa, maka makna syari’at itulah yang dijadikan undang-undang. Kalau masih tidak bisa, maka pokoknya Islam tidak ditabrak oleh undang-undang. Jadi, bagaimana caranya agar syari’at Islam tetap berjalan, akan tetapi Indonesia-nya masih tetap bersatu. Ini adalah hikmatul ‘ulama’ dan hikmatul auliya’. (Yy)

Lihat: http://pers-alhikam.blogspot.com/

Memberesi Hablun Minallah dan Hablun Minannas

0

Memberesi Hablun Minallah dan Hablun Minannas

Di dalam mengisi hari-hari ampunan (maghfirah) ini, modal kita adalah melakukan muhasabah (mawas diri dan memperbaiki diri). Pada pertemuan sebelumnya, saya sudah sampaikan beberapa cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam istilah Hadits Rasulullah SAW disebutkan:
Orang-orang yang mendekat kepada Allah sepanjang satu jengkal, maka Allah akan mendekat kepadanya dengan satu depa. Apabila seorang hamba mendekat kepada Allah dengan berjalan, maka Allah akan mendekat kepadanya dengan berlari. Pada saat kita memperbaiki diri sendiri, maka orang lain akan memperbaiki sikapnya terhadap diri kita, tanpa perlu kita suruh (perintahkan).
أَصْلِحْ نَفْسَكَ يَصْلُحْ لَكَ النَّاسُ
Perbaikilah dirimu, niscaya orang sekelilingmu akan memperbaiki sikapnya kepada dirimu.
Sebenarnya masing-masing dari kita mempunyai howo (medan magnit), baik ataupun tidak baik. Medan magnit pada diri kita itu ibarat junnah (Perisai). Orang baik biasanya didatangi oleh orang baik, sedangkan orang yang selingkuh dan jahat, orang yang datang menjadi temannya adalah orang yang satu tipe dengannya, karena Rasulullah SAW telah bersabda;
أَلْأَرْوَاحُ جُنُوْدُ الْمُجَنَّدَاتِ
Ruh itu saling bergandengan antara diri kita dan keluarga serta orang lain, oleh karena itu setiap orang suka berkelompok dengan orang yang satu tipe dengannya. Sekalipun demikian, mungkin masih ada orang shalih yang disiasati oleh orang-orang yang tidak shalih, namun hal itu tidak pada umumnya, dan apabila hal itu benar-benar terjadi, pada ujung-ujungnya orang yang shalih tersebut akan diselamatkan oleh Allah SWT. Dalam istilah disebutkan; Becik ketitik ala ketoro.
Ketitik dan ketoro itu berada di belakang, bukan di depan. Artinya, taqarrub kita kepada Allah SWT akan memperbaiki diri kita dan memperbaiki sikap orang lain kepada kita. Selanjutnya, mari kita memperbaiki sikap kita kepada orang lain terutama dalam hari-hari penuh maghfirah ini. Tindakan ini kita mulai dengan keluarga, yaitu bagaimana kita memperbaiki hubungan kita dengan keluarga, istri dan anak-anak kita dengan cara saling berdo’a dan saling menjaga satu sama lain. Ketika saya masih kecil, kalau ada seorang anak dalam perantauan yang jauh, dan ketika itu tidak ada telphon apalagi HP, akan tetapi hubungan antara ibu dengan anaknya tersebut rasanya tersambung, karena disambungkan dengan do’a dan taqarrub yang mereka tujukan kepada Allah SWT.
Sikap memperbaiki diri kepada orang lain ini harus dimulai dari keluarga kita sendiri. Sebagai seorang ayah, kita perlu mendo’akan istri dan anak kita secara rutin setiap hari. Jangan dikira kita bisa menguasai keluarga kita dengan 100%. Banyak orang kaya yang keluarganya hancur, banyak orang berpangkat yang keluarganya berantakan, dan banyak orang terkenal serta berstatus silibritis justru dipermalukan dengan buruknya keadaan keluarga mereka di depan umum. Semua fakta itu menjadi bukti bahwa hubungan suami-istri dan anak tidak cukup dengan tangan kita, akan tetapi harus melibatkan tangan (kekuasaan) Allah SWT. Banyak anak yang ditinggal mati oleh orang tuanya sehingga dia tumbuh sebagai anak yatim piatu, akan tetapi kemudian dia menjadi orang besar. Jika demikian adanya, maka siapa yang merawat anak tersebut?. Jawabannya adalah: Allah SWT. Di sisi lain, banyak juga orang yang ditunggui oleh orang tua yang masih hidup, namun hidupnya menjadi berantakan berikut kedua orang tuanya, padahal mereka berada dalam keadaan cukup kekayaan dan ketenaran.
Semua fakta di atas hendaknya menyadarkan kita bahwa kita memang diberi kehidupan oleh Allah SWT, namun kehidupan ini bukan sepenuhnya milik kita. Milik kita hanyalah ikhtiyar, dan selebihnya adalah milik Allah SWT. Kepandaian kita adalah bagian dari kehidupan, bukan kehidupan bagian dari kepandaian kita. Kita memang memerlukan harta, namun kehidupan kita lebih mahal dari harta. Marilah kita merenungkan semua ini di bulan penuh maghfirah ini.
Mudah-mudahan setelah kita mengurusi hablumminallah (hubungan manusia dengan Allah SWT), kita mengurusi hablum minannas (hubungan manusia dengan sesama manusia). Jangan jauh-jauh, kita mulai dari keluarga, tetangga, dan teman dalam arti yang lebih luas. Sebagai langkah awal, maka kita harus mau merasakan derita orang fakir dan miskin. Siapapun yang mempunyai kelebihan makanan pada hari raya, maka dia harus mengeluarkan zakat fitrah. Kalau khawatir tidak mempunyai beras pada hari itu, maka bisa dicicil mulai malam ini, yaitu mengeluarkan zakat fitrah untuk diri kita, istri kita dan anak kita. Kemudian zakat itu diberikan kepada fakir miskin, karena pada tanggal 1 Syawal semua orang diharamkan berpuasa dan harus makan, artinya harus ada makanan yang bisa dimakan. Oleh karena itu Idul Fitri bisa diartikan sebagai “hari makan pagi”. Jangan ada seorangpun di muka bumi ini yang tidak sarapan pagi pada saat Idul Fitri, oleh sebab itu diwajibkan zakat fitrah. Zakat fitrah berfungsi sebagai penyucian diri (thuhrah) dan fungsi kemanusian. Mudah-mudahan kita kembali kepada fitrah.

Lihat: http://pers-alhikam.blogspot.com/