Perkembangan Islam Di Spanyol

0

BAB I

A.           Latar Belakang Masalah

Sekitar dua abad sebelum masehi sampai awal abad ke lima, Spanyol di bawah imperium Romawi. Pada tahun 406 M Spanyol berada dibawah kekuasaan bangsa Vandal.[1]Kekuasaan Vandal ini kemudian diambil alih oleh orang-orang Gothic. Beberapa lama kemudian Dinasti Merovingian (dari kerajaan Frank) merebutnya dari orang-orang Gothic, kemudian terbangunlah sebuah kerajaan yang bernama Visigoth, wilayah itu dikenal dengan Vandalusia. Kedatangan orang-orang Islam pada tahun 92 H/711 M nama Vandalusi dirubah menjadi Andalusia atau Al-Andalus.[2]

Islam adalah agama Rahmatan Lil ‘Alamin, agama yang cinta perdamaian, kepatuhan serta ketaatan.[3]“Perkembangan Islam Di Spanyol” merupakan salah satu kajian yang harus kita ketahui, mengingat degenerasi dari umat Islam setelah masa klasik[4] berlalu, Eropa bangkit dari keterpurukan dengan sebuah peran Spanyol Muslim menuju sebuah peradaban yang membawa prestise Eropa membaik.Kota-kota terkemuka seperti Andalusia dan Cordova pernah menjadi center of excellent, itulah prestasi yang pernah diraih umat Islam sekitar seribu tahun yang lalu.

Islam masuk ke Spanyol merupakan salah satu jawaban dari berbagai interpretasi yang mengatakan bahwa dakwah Islam identik dengan kekerasan. Menurut W. Montgomery Watt sebagaimana yang dikutip oleh Arif Perdana “mereka (para orientalis) umumnya mispersepsi dalam memahami konsep jihad umat Islam. Semuanya merupakan kewajaran, dimanapun dan kapanpun semua hal yang berisikan ajakan kepada kebenaran, bertujuan untuk kebaikan pasti akan mendapatkan tantangan dari pihak-pihak yang tidak setuju dengan hal itu.[5]

Ketika kita menilik syari’at Islam mengenai diperbolehkannya berperang terdiri dari dua macam, pertama: perang depensif[6] – jika diserang dan mempertahankan diri serta menjaga wilayah kaum muslimin. kedua: perang opensif[7] – hakikat dakwah yang digunakan Nabi Muhammad merupakan sebuah cara “terbuka” setelah dakwah secara sembunyi-sembunyi, beliau menyebarkan agama Islam ketempat-tempat yang kehidupannya jauh dari peradaban Islam dan penghalang dakwah. Itulah dua jenis strategi yang dipakai umat Islam dalam ekspansi ke berbagai wilayah dibelahan dunia khususnya di Spanyol.

Namun dalam makalah ini saya akan lebih spesifik membahas mengenai “Perkembangan Islam Di Spanyol” dan “Kemajuan Peradaban” tatkala itu. Menurut M. Montgomery Watt Sebagaimana yang dikutip Dr. Musthafa as-Siba’i:[8]

“Cukup beralasan jika kita menyatakan bahwa peradaban Eropa tidak dibangun oleh proses regenerasi mereka sendiri. Tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi dinamonya, Barat bukanlah apa-apa.

Kesimpulan dari pernyataan diatas menjadikan kita bagaimana menjadi insan yang kreatif-inovatif dalam membangun sebuah perjuangan. Karena para leluhur kita telah memberikan manefistasi keilmuwan yang banyak, seharusnya kita mampu mengembalikan prestasi yang pernah diraih oleh mereka. Barat saat ini maju, sudahkah dan mampukah kita bersaing dengan mereka dan mampu pulalah kita mengembalikan fakta yang pernah dicapai oleh umat Islam.

BAB II

B.            Masuknya Islam Di Spanyol

Peradaban Spanyol merupakan salah satu tempat yang menjadi perhatian para sejarawan. Presiden AS, Barack Obama mengatakan “Peradaban” berhutang besar kepada Islam. Eropa maju secara pesat merupakan sumbangsih dari Spanyol Muslim. Peradaban Islam di Afrika dan Spanyol berawal dari beberapa serangkaian penaklukan pada abad ke-7 dan ke-8 melewati kota Mesir. Penaklukan bangsa Arab telah berkembang dan akhirnya sampai di Spanyol sekitar tahun 711 M. Spanyol tatkala itu dibawah naungan khalifah Khalid bin Al-Walid (705-715)[9], ia merupakan salah seorang khalifah dari Bani Umayah yang berpusat di Damaskus.[10] Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai wilayah  Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi Bani Umayyah. Penguasaan secara keseluruhan atas Afrika Utara terjadi pada masa khalifah Abdul Malik (685-705). Abdul Malik mengangkat Ibnu Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah tersebut dan pada masa khalifah Khalid bin Al-Walid (705-715), Hasan ibnu Nu’man sudah digantikan dengan Musa ibn Nushair. Pada masa al-Walid berkuasa, ekspansi dilakukan oleh Musa ibn Nushair sampai ke daerah al-Jazair dan Maroko serta beberapa daerah tempat dimana suku Barbar [11]berada dan umat Islam juga melakukan perjanjian dengan mereka agar tidak terjadi lagi kerusuhan dan kekacauan seperti sebelum-sebelumnya.

Afrika Utara dahulu merupakan kekuasaan bangsa Romawi yaitu kerjaan Gothic. Mereka berbondong-bondong mendatangi rumah-rumah penduduk untuk mendorong mereka agar membuat kekacauan serta menentang umat Islam. Ketika umat Islam telah menguasai secara penuh maka pusat perhatian mereka berpindah ke wilayah Spanyol, Afrika Utara dijadikan batu loncatan(point d’ appui) bagi kaum Muslimin untuk menguasai wilayah Spanyol.[12]

Kecepatan operasi serta keberhasilan yang diraih umat Islam, ekspedisi ke Spanyol memiliki value tersendiri di Abad Pertengahan. Dalam penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yaituTharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad dan Musa ibn Nushair.[13] Tharif ibn Malik adalah seorang perintis pertama ke wilayah Spanyol, Tharif  sukses melewati selat antara Maroko dan Benua Eropa. Tatkala itu ia membawa pasukan sebanyak 500 orang dengan alat transfortasi kapal yang telah disediakan oleh Julian[14]. Keberhasilan dan kesuksesan yang diperlihatkan oleh Tharif membuat Musa ibn Nushair termotivasi untuk mengirim pasukan sebanyak 7000 orang ke Spanyol dibawah amir Thariq ibn Ziyad.

Thariq ibn Ziyad terkenal sebagai penakluk kota Spanyol, dikarenakan oleh para sejarawan pasukannya lebih besar dari Tharif dan hasilnya pula lebih nyata. Pasukannya terdiri dari suku Barbar yang di dukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian juga dari bangsa Arab yang dikirim oleh khalifah Khalid bin al-Walid. Pasukan itu menyebrangi Selat di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad. Sebuah gunung dimana tempat Thariq dan pasukannya mendarat dan mempersiapkan pasukannya yang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq).[15]Ketika tempat tersebut sudah dikuasai maka terbukalah jalan ekspansi ke Spanyol, dalam peperangan yang disebut dengan Bakkah, adapula yang menyebutnya dengan Lakkah sebagaimana yang ditulis oleh Sudirman dalam skripsinya (Wadil Lakkah atau Goddelete), tepat pada tanggal 19 Juli 711 M khalifah Thariq mampu mengalahkan Raja Roderick. Menurut Hitti sebagaimana yang dikutip oleh Nasrah bahwa ketika umat Islam ingin memperluas wilayah penaklukan, hal itu terdengar oleh para saudagar yang menyaksikannya. Lantas Rajapun mempersiapkan bala tentaranya untuk menghadapi pasukan yang dipimpin oleh Thariq. Akhirnya kedua pasukannya bertemu di pesisir sungai Rio Barbate dan disanalah terjadinya pertempuran yang sengit, pasukan Raja Roderick dengan mudah dikalahkan bahkan Roderick sendiri tewas tenggelam di Rio Barbate ketika ia hendak melarikan diri disaat pertempuran terjadi.

Ketika Raja Roderick tewas secara mudah dalam pertempuran maka semangat yang membara dalam jiwa umat Islam untuk terus bergerakuntukmenaklukan kota-kota penting seperti: Malaga, Elvira, Murcia, Cordova, Granada dan Toledo[16] dan akhirnya juga Thariq mampu memasuki wilayah semenanjung Iberia. Menurut Badri Yatim yang dikutib dari A. Syalabi sebelum Thariq menaklukan kota Toledo ia sempat meminta bantuan kepada Musa ibn Nushair di Afrika Utara. Namun pasukan yang dikirim oleh Musa ibn Nushair sebanyak 5000 personel tidak sebanding dengan jumlah pasukan Gothich yaitu 100.000 personel. Kekakalahan yang terjadi pada kubu Raja Roderick menurut Sudirman adalah pasukan yang turut dalam berperang kebanyakan dari kalangan hamba sahaya dan orang-orang yang lemah, didalam pasukannya terdapat orang-orang yang benci kepadanya dan juga orang-orang Yahudi yang bersekongkol dengan orang Islam untuk mengalahkan raja.

Langkah sepak terjang Thariq ibn Ziyad terdengar oleh Musa ibn Nushair, maka Amir Musa ibn Nushair pada tahun 712 mau tidak mau membantu perjuangan yang sudah dilakukan oleh Thariq. dengan bermodalkan 18.000 personil yang kebanyakan dari bangsa Arab, ia menyebrangi jalur yang tidak dilewati oleh Thariq. Satu persatu kota-kota di Spanyol seperti Sidonia, Karmona, Sevilla dan Merida serta Musa ibn Nushair mampu mengalahkan kerajaan Gothich, Theodomir di Orihuela. Akhirnya antara Musa dan Thariq bertemu dan bergabung di daerah Taledo pada tahun 713 M. Keduanya berhasil menguasai kota-kota penting di Spanyol termasuk bagian utara seperti Saragosa dan Navarre.[17]

Dari perjuangan ketiga pahlawan diatas, dapat kita asumsikan bahwa Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad dan Musa ibn Nushair merupakan satu perjuangan yang tidak lepas daripada semangat yang membara dalam jiwa mereka. Tharif sebagai orang pertama mampu membuka jalan ekspansi selanjutnya ke beberapa wilayah walaupun sepak terjangnya tidak begitu terlihat dikarenakan pasukan yang ia bawa sedikit. Berbeda dengan Thariq yang membawa pasukan yang jauh lebih besar mampu membawa kesuksesan dan kesuksesannya nyata dan akhirnya ia mampu memikat Musa ibn Nushair untuk melibatkan diri dalam pertempuran. Kerjasama yang mereka lakukan mampu membuahkan hasil yang nyata dan pimpinan yang menjunjung tinggi sikap kompromitasi dengan kubu yang menurut mereka itu baik dalam bekerjasam dalam membuat strategi berperang.

C.            Perkembangan Islam Di Spanyol

Sejak pertama kali Islam menginjakkan kakinya di tanah Spanyol sampai masa runtuhnya kejayaan umat Islam. Pretensi tersebutsangat menggembirakan umat Islam selama kurang lebih tujuh setengah abad[18]. Menurut Lewis sebagaimana yang dikutip Sudirman kejayaan yang didapatkan umat Islam sekitar delapan abad.Di Spanyol sejatinya bangsa Arab memperoleh kemenangan paling besar serta paling lama di Eropa walaupun juga derita yang dialaminya begitu tidak dahsat. Sejarah tersebut dapat dibagi dalam beberapa periode, ada yang mengatakan tiga masa saja, yang pertama: saat dipimpin oleh wakil khlaifah dari Damaskus, masa yang dipimpin para Amir dan masa yang dipimpn oleh seorang khalifah, hal diatas pembagian menurut Hamka. Namun dalam makalah ini penulis cenderung mengambil pembagian periode menjadi enam masa sebagaimana yang terdapat didalam bukunya Badri Yatim.

 

a.              Periode Pertama (711 M – 755 M)

Periode pertama ini, Spanyol dibawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus.Stabilitas Negara pada saat ini belum begitu membaik, dikarenakan gangguan dari pihak internal Negara dan juga dari pihak ekstenal.

Problem internal berupa pertikaian atau perselisihan diantara petinggi Negara, baik perbedaan etnis dan golongan. Dan juga perbedaan interpretasi antara khalifah di Damaskus dengan gubernur Afrika Utara yang berpusat di daerah Qairawan, satu sama lain menganggap diri merekalah yang paling berhak atas daerah Spanyol.Faktor eksternalnya adalah datangnya sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang tinggal di daerah pegunungan, kenyataannya mereka sangat benci kepada Islam yang akhirnya mereka membuat kekuatan.[19]Namun dengan memakan waktu sekitar 500 tahun mereka mampu mengusir Islam dari bumi Andalus.

Menurut Badri Yatim di dalam etnis orang Arab terbagi menjadi dua golongan yang secara terus menerus bersaing, yaitu suku Qaisy (Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan).[20] Konsekuensinya dengan terjadinya perbedaan interpretasi diatas pada masa itu pergantian wali  atau gubernur Spanyol mencapai dua puluh kali atau dalam referensi yang lain mencapai dua puluh tiga kali (732-755) dalam waktu yang sangat singkat. Dan yang lebih mengerikan lagi adalah sering terjadinya pertumpahan darah atau perang antar saudara, antara suku Barbar asal Afrika Utara dan bangsa Arab.[21]Kondisi yang demikian tidak banyak pergerakan yang bisa dilakukan menuju kawasan musuh di Utara, kendati mereka telah melakukan sejumlah serangan yang banyak mengugurkan para gubernur.[22] Periode pertama diakhiri dengan datangnya Abdurrahman Al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 138 H/755 M.

 

b.             Periode Kedua (755 M – 912 M)

Pada periode pertama Spanyol dibawah pemerintahan wali, namu pada periode kedua ini Spanyol berada dibawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (gubernur atau panglima) tetapi tidak tunduk kepada pemerintahan Islam yang saat itu khalifah dipegang oleh khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang diberi gelar ad-Dakhil (yang masuk ke Spanyol).[23]

Abdurrahman ad-Dakhil adalah keturunan Bani Umayyah, ia berhasil lolos dari kepungan dan kejaran dari Bani Abbasiyah yang telah menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus. Ia melakukan perjalanan ke Palestina, Mesir dan Afrika Utara sampai tiba di Cheuta. Dari pengembaraan tersebut iamendapatkan bantuan dari suku Barbar  dari Afrika Utara dan Klien Syria pada rezim Umayyah di Spaanyol untuk menyusun kekuatan bersenjata. Selanjutnya ia berhasil mendirikan Dinasti Bani Umayyah di Spanyol.Pemerintahan setelah Abdurrahman ad-Dakhil (755-788 M) adalah Hisyam ibn Abdurrahman (788-796 M), Hakam ibn Hisyam (796-822 M), Abdurrahman al-Ausath (822-852 M), Muhammad ibn Abdurrahman al-Ausat (852-886 M), Munzir ibn Muhammad (886-888 M) dan Abdullah ibn Muhammad (888-912).[24]

Kondisi pada periode ini mulai membaik.Kemajuan pada bidang politik maupun dalam bidang peradaban.Masing-masing dari penguasa memiliki prestasi yang berbeda satu sama lainnya. Tantangan yang dihadapi Abdurrahman ad-Dakhil datang dari berbagai penjuru, baik dari dalam maupun luar negeri, sedangkan musuhnya yang dari luar Islam datang dari Charli Magne (yang pasukannya dapat melintasi pegunungan Pyrenia). Namun beriringnya waktu dan gagahnya Abdurrahman ad-Dakhil menghadapinya ia mampu mendirikan masjid Cordova, sekolah-sekolah di kota-kota penting Spanyol dan lain sebagainya. Hisyam I[25] merupakan seorang yang dikenal dengan sumbangsihnya dalam penegakan hukum Islam. Hakam I adalah seorang pembaharu dalam bidang persenjataan atau kemiliteran. Abdurrahman al-Ausath seorang yang haus akan ilmu, sejarah juga mencatat bahwa filsafat mulai masuk pada masa ini yaitu di zamanya Abdurrahman al-Ausath, ia mengundang berbagai ahli agar datang ke Spanyol. Spanyol merupakan tempat yang banyak dikunjungi orang untuk menimba berbagai bidang keilmuan.[26]

Realitas pada abad ke-9 tersebut nampaknya masih mendapatkan beberapa goncangan dari luar Islam oleh karenanya kekacauan sering terjadi. Dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang mencari Martyrdom atau kesyahidan. Reaksi yang muncul dari pihak Kristen fanatik tersebut tidak sepenuhnya didukung kelompok mereka, dengan melihat beberapa gereja-gereja tatkala itu. Tidak adanya simpati dari golongan mereka sendiri dikarenakan mereka berasumsi bahwa pemerintahan Islam mengembangkan “Kebebasan Agama”. Orang-orang Kristen diperbolehkan membuat yurisprudensi sesuai dengan ideologi mereka, berbagai bentuk peribadatan tidak dihalangi oleh pemerintahan Islam. Islam selalu membawa ajaran yang harmonis, mereka diperbolehkan membuat gereja-gereja, biara-biara disamping asrama rahib atau tempat lainnya. Bahkan mereka diizinkan untuk membantu atau menjadi pegawai pada instansi kemiliteran. Peristiwa yang perlu di catat juga pada periode ini adalah adanya gangguan yang serius datangnya dari umat Islam sendiri. Gerakan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M membentuk negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Dan juga orang-orang yang tidak puas memberontak pula dan membangkitkan revolusi, pemberontak yang paling terkenal dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusat di pegunungan dekat Malaga.[27]

Abdullah ibn Muhammad adalah seorang yang tangguh, ia mampu mengatasi kerusuhan atau goncangan yang ada mulai masa awal hingga akhir masa pemerintahannya. Ia bukan hanya mendapat tantangan dari Spanyol pedalaman namun aristokrasi Arab menentangnya juga.

 

c.              Periode Ketiga (912 M – 1013 M)

Pada periode ketiga ini Islam mulai terlihat nyata dengan kemajuan dan kejaan yang menyaingi peradaban Daulah Abbasiyah di Baghdad. Masa ini berawal dari pemerintahan Abdurrahman An-Nashir sampai munculnya raja-raja kelompok yang dikenal dengan sebutan muluk at-Thawaif. Abdurrahman an-Nashir telah mendirikan universitas Cordova dan menambah koleksi buku-buku atau kitab-kitab hingga mencapai ribuan. Begitu pula dengan Hakam II seorang kolektor buku atau kitab dan mendirikan perpustakaan pribadi.[28]

Panglima termashur pada masa ini adalah Abdurrahman an-Nashir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), Hisyam II (976-1009 M).

Ø   Abdurrahman an-Nashir (912-961 M)[29]

Abdurrahman an-Nashir atau Abdurrahman III menjabat pada usia 21 tahun. Satu tahun setelah ia menjabat tepatnya pada tahun 913 M ia membentuk kekuatan bersenjata untuk menyiapkan perlawanan dengan suku Barbar dan umat Kristen. Dengan kekuatan besar ia mampu menaklukkan wilayah Spanyol Utara sampai ke Sevilla. Namun masyarakat Toledo menyusun strategi untuk melawan kekuatan Abdurrahman tapi pasukannya tidak mampu bahkan ia dengan mudah dikalahkan.

Kemelut atau ilghozh yang terjadi tatkala Wafatnya al-Muktadir, khalifah Daulah Abbasiyah di Baghdad yang dibunuh oleh pengawalnya sendiri, membuat Abdurrahman mengembalikan nama khalifah yang telah hilang dari Bani Umayyah selama 150 tahun dan resmi nama khalifah dipakai pada tahun 929 M.

Ø   Hakam II (961-976 M)

Hakam II sebagaimana yang penulis kemukakan diatas, ia seorang kolektor buku dan memiliki perpustakaan pribadi.[30] Ia terkenal dengan kaum terpelajar karena kekuatan dan kecanggihan dalam bidang militer kalah dengan ayahnya yaitu Abdurrahman.

Pretensi ini dimanfaatkan oleh suku Navarre. Suku Navarre ini tunduk pada pemerintahan Islam ketika ayahnya berkuasa, tetapi pada masa Hakam II ia berpisah karena Hakam II terkenal suka perdamaian dan terpelajar. Berbagai perjanjian yang dilakukan pada masa Abdurrahman dibatalkan seketika. Ia mulai membuat perlawanan kepada Hakam II dan ternyata Hakam II bukan saja lihai dalam bidang pendidikan namun ia pintar dalam bidang kemiliteran. Sancho sebagai pemimpin Kristen suku Leon ditaklukkannya dengan mudah. Selanjutnya ia mengatur pasukannya yang dipimpin Ghalib ke Afrika untuk menekan bangsa Fatimiyah, setelah suku Fatimiyah takluk ia mendirikan kekuasaan Umayyah Spanyol di Afrika Barat.

Hakam II wafat pada tahun 976 M setelah ia mampu mengamankan situasi perpolitikan saat itu. Setelah ia wafat maka berakhir pulalah Dinasti Umayyah di Spanyol. Eksistensi inilah merupakan disintegrasi khilafah Bani Abbasiyah di Spanyol.

Ø   Hisyam II (976-1009 M)

Kehancuran khilafah Bani Abbasiyah di Spanyol tatkala Hisyam menjadi penguasa ketika berumur 11 tahun. Dengan umur yang masih muda ia naik tahta dan mengakibatkan jabatan penting bukan berada ditangannya. Pada tahun 1013 M menteri menghilangkan jabatan khalifah.

Di tahun 981 M khalifah mengangkat Muhammad ibn ‘Amir seorang ambisius. Muhammad Ibn ‘Amir mendapat gelar al-Manshur Billah ketika ia melakukan ekspansi ke berbagai wilayah dan menghapuskan jabatan rekan-rekannya. Muhammad ibn ‘Amir memanfaatkan suku Barbar untuk menggantikan militer Arab. Dengan eksistensi inilah kekuatan Kristen di wilayah Spanyol mampu dikalahkannya. Selanjutnya ia melakukan ekspansi Bani Umayyah di Barat laut Afrika.

Muhammad ibn ‘Amir atau al-Manshur Billah wafat pada tahun 1002 M di Madinaceli. Kedudukannya digantikan oleh anaknya yaitu al-Muzaffar. Al-Muzaffar mampu mempertahankan kekuasaannya dalam waktu yang singkat karena ia wafat pada tahun 1008 M. Selanjutnya kekuasaan berpindah ketangan adiknya yang tidak expert. Dengan adanya qorinah atau indikasi ini kekacauan yang semula mulai aman kembali marak dan Negara pada akhirnya hancur secara keseluruhan. Pada tahun 1009 M khalifah mengundurkan diri dan di tahun 1013 M Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Karena situasi yang tidak kondusif tersebut maka Spanyol terpecah dalam banyak Negara kecil di berbagai kota-kota tertentu.[31]

 

d.             Periode Keempat (1013 M – 1086 M)

Periode ini Spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil dibawah pemerintahan Al-Mulukuth Thawaif yang berpusat di kota Sevilla, Cordova, Toledo dan lain sebagainya.  Yang terbesar adalah Abbadiyah di Sevilla. Masa ini kembali mendapat tekanan intern. Pertikaian begitu dahsat diantara umat Islam pada masa ini. Yang mengerikan adalah adanya pihak meminta bantuan kepada umat Kristen berupa pasukan. Stabilitas Negara yang tidak bagus membuat pasukan Kristen menyerang. Dalam bidang keilmuwan pada sarjana-sarjana dan sastrawan mendorong agar terus mengembangkan walaupun situasi yang tidak memungkinkan.[32]

Setengah abad merupakan waktu keruntuhan khalifah Umayyah dan munculnya al-Murawiyah merupakan masa fragmentasi politis. Dinasti-dinasti ini terjadi menjadi berbagai suku, kemajemukan kelas-kelas militer di bawah Umayyah dan ketegangan etnis serta persaingan sengit diantara berbagai kalangan. Menjelang akhir abad ke-11, reaksi terhadap umat Islam di Spanyol. Kelas-kelas religious memberikan reaksi kepada kaum hedonism dan penguasa yang tidak bertanggung jawab serta beberapa kalangan yang menerima pemerintahan al-Murawiyyah Barbar yang dikenal dengan puritan.

Dinasti yang perlu kita ketahui pada masa ini adalah:

Ø   Hammudiyah di Malaga dan Algeciras (110-1057 M)

Ø   Abbadiyah di Sevilla (1023-1091 M)

Ø   Zirriyah di Granada (1012-1090 M)

Ø   Banu Yahya di Niebla (1023-1051 M)

Ø   Banu Rezin di al-Barraan dan al-Sahla (1011-1107 M)

Ø   Banu Qosim di al-Puence (1029-1092 M)

Ø   Jahwariyyah di Cordova (1031-1069 M)

Ø   Afthasiyyah atau Banu Maslama di Badajoz (1022-1094 M)

Ø   Dzun Nuniyah di Toledo (sebelum 1028-1085 M)

Ø   Ameriyyah di Valencia (1021-1096 M)

Ø   Banu Sumadihiyah di Almeria (1039-1087 M)

Ø   Al-Murawiyyah di Spanyol Muslim (1090 M)

 

e.              Periode Kelima (1086 M – 1248 M)

Pada periode ini Spanyol Muslim masih mengalami situasi terpecah kedalam beberapa Negara, namun ada satu kekuatan yang masih dominan datangnya dari Dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan Dinasti Muwahhidun (1146-1235 M).

Ø   Dinasti Murabithun (1086-1143 M)

Murabithun atau dikenal juga dengan sebutan al-Murawiyyah merupakan salah satu gerakan Islam di al-Maghrib. Mulanya gerakan ini cenderung agamis yang dicetuskan oleh Yusuf bin Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 ia berhasil mendirikan sebuah kerjaan di Marakesy. Yusuf bin Tasyfin masuk ke Spanyol berkat undangan dari penguasa-penguasa Islam tatkala itu yang tidak mampu mengemban amanah yang berat karena goncangan dan serangan dari Kristen. Ia masuk pada tahun 1086 M dan sukses mengalahkan pasukan Castilia. Ketika penguasa muslim mengalami perpecahan Yusuf melanjutkan misinya untuk menguasai Spanyol hingga ia berhasil. Kerajaan setelah Yusuf bin Tasyfin ini sangat dho’if yang pada akhirnya kekuasaan di Afrika Utara dan Spanyol sirna dan digantika dengan Dinasti Muwahhidun.[33]

Ø   Dinasti Muwahhidun (1146-1235 M)

Setelah pergantian kekuasaan dari Yusuf bin Tasyfin ke Dinasti Muwahhidun. Pada masa Dinasti Murabithun (1118 M) Saragossa jatuh ke pundak Kristen. Jika kita lihat memang setelah kekuasaan Dinasti Murabithun ada beberapa Dinasti-dinasti kecil tapi pengaruhnya kurang nyata. Di tahun 1146 M inilah Dinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah ini. Pendiri dari gerakan Muwahhidun adalah Muhammad ibn Tumart (wafa pada tahun 1128). Muwahhidun masuk ke Spanyol dibawah pimpinan Abdul al-Mun’im. Jarak antara 1114 dan 1154 M kota-kota Muslim penting jatuh ke tangannya seperti: Cordova, Almeria, dan Granada. Militant Kristen mampu ditaklukkan dengan mudah. Muwahhidun mengalami kemajuan dan kejayaan dengan waktu yang singkat, ia mengalami keambrukan.

 

f.              Periode Keenam (1248 M – 1492 M)

Pada Periode ini Islam hanya berkuasa di daerah Granada, dibawah Dinasti Ahmar (1232-1492 M). Kejayaan dan Kemajuan tampak terlihat seperti pada masanya Abdurrahman an-Nashir. Dari segi politik, peran dari Dinasti Ahmar ini hanya berkisar di daerah-daerah yang kecil. Basis kekuatan Islam yang terakhir ini sirna dikarenakan pada penguasa saling memperebutkan kekuasaan. Abu Abdullah merasa tidak senang dengan sepak terjang ayah kandungnya yang mengangkat anaknya yang lain. Ia melakukan pemberontakan kepada ayahnya sampai wafat dan digantikan oleh Muhammad ibn Sa’ad. Selanjutnya ketika ayahnya wafat ia bersekongkol dengan dua penguasa Kristen yaitu Ferdenand dan Isabella untuk menjatuhkan saudara kandungnya sendiri hingga ia naik tahta. Ferdenand dan Isabella yang mempersatukan dua kerajaan Kristen melalui perkawinan itu tidak merasa puas. Mereka ingin mengambil kekuasaan yang dikuasai oleh umat Islam. Abu Abdullah merasa tidak berdaya dengan serangan yang gencar dari mereka dan akhirnya tahta kekuasaan Islam diberikan kepada Ferdenand dan Isabella, Abu Abdullah hijrah ke Afrika Utara. Spanyol Muslim berakhir pada tahun 1492 M. Spanyol Muslim dihadapkan pada dua preferensi yaitu masuk Kristen atau meninggalkan bumi Spanyol. Menurut Nasution sebagaimana yang dikutip Badri Yatim pada tahun 1609 di Spanyol tidak ada lagi umat Islam. [34]

 

D.           Kemajuan Peradaban

Kemajuan peradaban yang diperjuangankan oleh Spanyol Muslim merupakan manifestasi intelektual selanjutnya. Perjuangan yang mempertaruhkan jiwa dan raga itulah value ulama-ulama kita terdahulu. Kemajuan di Spanyol bisa menyaingi Peradaban Islam di Baghdad. Namun dalam sejarah tidak semua elemen mengakui bahwa kemajuan intelektual yang ada di Barat berasal dari Timur. Prestasi Spanyol Muslim mampu membawa prestise Eropa dan Dunia.

a.              Kemajuan Intelektual

Spanyol merupakan negeri yang subur, kesuburan yang dimiliki memacu ekonomi Spanyol menjadi diatas rata-rata dibandingkan dengan negeri lainnya. Dan oleh karena itu pulalah Spanyol banyak menghasilkan para pemikir-pemikir berkualitas.

Spanyol Muslim adalah masyarakat multietnik atau terdiri dari beberapa komponen. Karenanya kesuksesan yang diperoleh merupakan hasil dari bahu-membahu dikalangan mereka. Seperti komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk ke dalam Islam), suku Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara), al-Shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan German dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb (Kristen yang berbudaya Arab) terkecuali beberapa pihak yang menentang perjuangan Spanyol Muslim.[35]

1.             Filsafat

Pengaruh Filsafat dan ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh Hakam (961-976 M). karya-karya ilmiah dan para filosofis didatangkannya, Cordova dengan perpustakaannya mampu menyaingi Peradaban Islam di Baghdad.

Sebelum kita membahas secara komprehensif sepak terjang para filosof di wilayah Spanyol dan sekitarnya. Pemakalah akan menjelaskan ontologi filsafat dan sejarahnya.

Filsafat berasal dari kata Yunani, sedangkan Yunani mempunyai dua makna, Philo berarti “cinta” dan Shopie berarti “hikmah”. Menurut Ahmad Fuad al-Ahwani sebagaimana yang dikutip Dr. Sulaiman Dunya bahwa seorang yang berfilsafat berawal dari kecintaan kepada ilmu pengetahuan (esoterik atau eksoterik) pertengahannya memikirkan secara (sistematis “keteraturan,tatanan, saling berkaitan”,  kritis “kemampuan menilai”, radikal “akar”) segala sesuatu yang tampak oleh panca indra dan yang terakhir adalah bagaimana cara mengaplikasikan keilmuawan yang kita miliki.[36]Sedangkan seorang filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Tegasnya: filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.

Seorang yang berfilsafat tentunya berbeda dengan seorang pemikir, karena tidak semua postulasi (proses) berpikir ditandai dengan ketiga aspek diatas. Misalnya: kita berpikir memecahkan sesuatu hitungan, tetapi bukan berfilsafat tentang hitungan itu. Kita bisa berpikir sewaktu memilih mana diantara sejumlah peralatan yang tinggi value kegunaannya, dalam hal inipun kita tidak sedang berfilsafat.[37] Dengan dasar rangkaian cara berpikir diatas itulah yang membedakan ketiga filosof Islam seperti Ibnu Bajjah, Ibnu Thufail dan Ibnu Rusyd dengan para pemikir lainnya pada masa itu.

Para filsuf  Islam khususnya Ibnu Rusyd pengaruhnya terhadap dunia Barat sangatlah menjanjikan. Karena mereka datang ke dalam dunia filsafat bukanlah untuk menghapus metode atau cara pandang filsuf tatkala itu. Mereka hanya ingin memasukkan nilai keislaman atau agama dalam filsafat. Mengapa agama dan nilai keislaman harus ada pada jiwa filsuf, menurut pemakalah adalah pertanyaan-pertanyaan primer yang dibahas para filsuf membuat seorang keluar dari telus atau tujuan asli filsafat. Pembahasan yang sering diperdebatkan oleh para filsuf biasanya mengenai Being, Reality, Existence, Essence, Substance, Matter, Form, Change, Causality, Relation dan lain sebagainya.[38] Pertanyaan primer diatas jika tidak dibimbing dengan nilai-nilai keislaman maka akan menjerumuskan kepada kesesatan dalam berpikir.

Pemikiran filsafat masuk kedalam Islam melalui filsafat Yunani yang dijumpai sekitar abad ke-8 M atau abad ke-2 H di Suriah, Mesopotamia, Persia, dan Mesir. Kebudayaan dan filsafat Yunani masuk kedaerah itu diawali ekspansi oleh Alexander Agung, raja Macedonia (336-323 SM) setelah menaklukkan Darius pada abad ke-4 M di Arbela (sebelah Timur Tigris).[39] Alexander masuk ke wilayah tersebut tidak menghancurkan peradaban dan kebudayaan Persia, justru ia berusaha menyatukan peradaban Yunani dan Persia. Pada masa Dinasti Umayyah pengaruh kebudayaan Yunani terhadap Islam tidak begitu nyata, dikarenakan para petinggi Bani Umayyah tidak terlalu memperhatikan segi keilmuwan, penguasa tatkala itu hampir semuanya tertuju pada kebudayaan Arab. Pengaruh peradaban Yunani mulai tampak pada masa Dinasti Abbasiyah karena didalam pemerintahan terdapat banyak orang-orang Persia, seperti keluarga Baramikah yang telah lama berkecimpung dalam kebudayaan Yunani. Awalnya Dinasti Abbasiyah hanya tertarik kepada sistem pengobatan tapi akhirnya mereka juga menggeluti dunia filsafat dan ilmu pengetahuan. Kecintaan terhadap filsafat mulai tampak pada masa khlaifah al-Ma’mun (813-833) putra dari Harus ar-Rasyid.[40] Pada masa Harun ar-Rasyid berbagai buku-buku Yunani diterjemahkan kedalam bahasa Arab. Utusan dikirim ke kerajaan di Eropa untuk mencari manuskrip yang kemudian dibawa ke Baghdad untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.

Dalam proses penerjemahan tersebut, sebagian besar karangan Aristoteles, Plato, karangan mengenai Neo-Platonisme, karangan Galen, buku ilmu kedokteran dan filsafat berhasil diterjemahkan kedalam bahasa Arab. Berbagai kalangan tertarik kepada filsafat Yunani yakni kaum Muktazilah. Abu Huzail al-Allaf (135-235 H), Ibrahim an-Nazzam, Bisyr al-Mu’tamir, al-Jubba’i dan lain sebagainnya.[41] Harun Nasution didalam bukunya yang berjudul Teologi Islam bahwa kaum Muktazilah merupakan kaum rasionalis Islam.[42]

Kegiatan penerjemahan mampu menghasilkan para cendekiawan dalam segala bidang dan filsuf yang terkenal, seperti: al-Kindi (801-866), ar-Razi (864-926), al-Farabi (870-950), Ibnu Sina (980-1037), Ibnu Maskawaih (w. 1030), al-Ghazali (1058-1111), Ibnu Bajjah (1138), Ibnu Thufail (1110-1185), Ibnu Rusyd (1126-1198).[43] Harun Nasution didalam bukunya yang berjudul Akal dan Wahyu mengatakan bahwa Hunain sendiri didalam menterjemahkan mencapai dua puluh buku karangan Galinos. Di samping buku-buku Galinos diterjemahkan pula buku-buku Hippokrates, Ptolemeus, Euklid, Aristoteles dan pengarang Yunani lainnya.

Ilmu filsafat di Spanyol dirintis oleh Bin Masarroh (888-931) dan filsafat khususnya mulia pesat pada zaman Muawiyah II. Three Filosof yang terakhir diatasmerupakan tokoh-tokoh penting dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol.[44]

Ø   Ibnu Bajjah

Ibnu Bajjah dilahirkan di Saragosa dan besar di Seville dan Granada. Ia wafat di Fez tahun 1138 M. Beberapa Risalahnya turut andil dalam membangun pemikiran filosof lainnya. Seperti risalah dalam bidang Astronomi yang mengkritik asumsi Ptolemius telah membantu jalan pemikiran Ibn Thufail dan al-Bitruji. Dalam bidang kedokteran membantu Ibn Baythar dan Ibn Rusdy. Maqnum Opusnya adalah Tadbir al-Mutawahhid.

Ibnu Bajjah seorang multitalenta, ia sangat menguasai beragam keilmuwan. Ia seorang politikus, mengapa pemakalah mengatakan demikian, karena jabatan menteri yang pernah di embannya pada masa Abu Bakar Ibrahim berkuasa di Saragosa mengindikasikan bahwa ia juga mahir dalam berpolitik. Ketika Saragosa takluk dibawah kekuasaaan raja Alfonso I di Aragon iapun terpaksa pindah ke Sevilla. Sevilla merupakan kota tempat ia bekerja sebagai seorang dokter. Kemudian dari sini Ibnu Bajjah pindah ke Granada dan selanjutnya menuju Afrika Utara. Setelah itu ia berangkat juga ke fez, Maroko. Di masa inilah ia menjadi wazir oleh Abu bakar Yahya Ibnu Yusuf  Ibnu Tashfin selama 20 tahun. Pada bulan ramadhan 533 H/1138 M ia menghembuskan nafas terkahirnya, menurut para filsuf kematianya ini disebabkan racun dari seorang temanya yaitu Ibn Zuhr seorang dokter terkenal pada zaman itu pula, ia merasa dengki kepada Ibnu Bajjah karena kejeniusan yang dimilikinya.

Di dalam berfilsafat ia tidak bisa dilepaskan dari para filsuf sebelumnya seperti Avicenna (Ibnu Sina) dan al-Farabi. Dari situlah ia pertama kali memkaji secara komprehensif mengenai teori epistemologis, metafisika, jiwa, akal dan ma’rifah, etika dan ahlak, al-Insan al-Munfarid, politik, sedangkan sumbangsihnya dalam bidang sains meliputi astronomi, fisika dan psikologi ia menulis buku yang berjudul Recognition of the Active Intelligence. Ia begitu semangat dalam mengkaji filsafat, karena ia yakin filsafat yang disertai nilai agama mampu menjawab berbagai problematika. Ziaduddin Sardar dalam bukunya Science in Islamic Philosopy menyatakan bahwa Ia seorang yang multitalenta yang unik, kehebatannya dalam filasat setara dengan Al-Farabi ataupun Aristoteles. Pemikirannya tentang filsafat sangat memengaruhi Ibnu Rusyd dan Albertus Magnus. Adapun karya tulis Ibnu Bajjah yang terpenting dalam bidang filsafat sebagai berikut:

üKitab Tadbir al-Mutawahhid, ini adalah kitabnya yang paling terkenal dan sangat penting dari seluruh karya tulisanya yang pernah ada. Kitab yang membahas mengenai akhlak, politik dan usaha-usaha seseorang untuk menjauhkan diri dari segala macam kemaksiatan atau keburukan dalam masyarakat, yaitu teori Insan al-Muwahhid.

üKitab Risalatul al-Wada, dalam hal ini ia membahas penggerak pertama (tuhan), manusia, alam, dan kedokteran.

üKitab Risalat al-Ittisal, dalam hal ini ia berusaha menjelaskankan tentang relasi manusia dengan akal fa’al.

üKitab al-Nafs, yang membahas mengenai jiwa manusia.

üBeberapa risalahnya dalam ilmu Manthiq, risalahnya tersebut tersimpan di perpustakaan escurial (Spanyol).

Demikianlah sedikit biografi filsuf Islam Ibnu Bajjah, semuanya memiliki hikmah masing-masing dan bagaimanapun juga apa yang telah dipaparkan diatas bisa kita jadikan sebuah acuan dalam menyikapi dunia sains. Semangat dan multitalentanyalah bisa kita ambil dalam sebuah perjalanan dalam segala aspek.

Ø   Ibnu Thufail

Ibnu Thufail Lahir pada 1105 abad ke 12 M dan meninggal pada tahun 1185 M di kota Muwahiddun. Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad Ibn Abdul Malik Ibn Muhammad Ibn Muhammad Ibnu Thufail al-Qaisi.[45] Ia berpenduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah Timur Granada.[46] Menurut  Wiwik Lailatul Muzdalifah Sebagai seorang turunan suku Quasy, suku arab termuka, beliau dengan mudah mendapatkan fasilitas belajar, apalagi kecintaannya kepada buku-buku dan ilmu sains mengalahkan cintanya kepada hal lainnya. Hal itu mengantarkannya menjadi seorang ilmuan dalam banyak bidang, seperti biasanya ilmu terpopuler pada masa itu, meliputi kedokteran, kesustraan, matematika, dan filsafat. Kedokteran dan filsafat di pelajarinya di Seville gordova.

Maqnum opusnya adalah Hayy Ibn Yaqzhan (yang hidup anak kesadaran). Dalam bukunya tersebut ia mengatakan bahwa manusia dengan kualitas yang dimilikinya, tanpa sedikitpun bantuan eksternalisasi, mampu mencapai pengetahuan tentang dunia yang lebih tinggi.

Ibnu Thufail pada masa pemerintahan al-Mu’min ibn Ali, ia pernah menjadi pembantu Gubernur Sabtah dan Tonjah di Maghribi, seorang dokter pribadi Abu Ya’kub Yusuf, penguasa Dinasti al-Muwahhidun. Setelah itu tidak tahu mengapa posisinya digantikan oleh muridnya Ibnu Rusyd. Jika kita berbicara mengenai karyanya sebagaimana kita ketaahui bahwa yang ada hingga kekinian haanyalah karyaa novelisnyaa yang berjudul Hay ibn Yaqzan, sebuah novel filsafat bergaya sastra yang mengkisahkan petualangan dan benturan intelektual yang pernah terjadi dimasanya. Di dalam novelnya ia berusaha menjelaskan dengan gaya imajinasi tinggi, oleh karenaya tulisannya diterjemahkan kedalam berbagai bahasa. Buku yang menerangkan bahwa manusia mampu dan berpotensi ma’rifatullah jika ia mau melihat hasil ciptaan Yang Maha Esa.[47]

Ø   Ibnu Rusyd

Ibnu Rusyd merupakan nama yang sangat populer di kalangan umat Islam dan Averroes sendiri di kalangan Barat. Nama aslinya yang penulis ambil dari kitab Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtashid  yaitu al-Imam al-Qodhi Abu al-Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Rusyd al-Qurthubi al-Andalusi.[48]Ibnu Rusyd merupakan seorang filsuf terkenal di antara umat Islam dan beliau menjadi guru terbesar dalam bidang ilmu pengetahuan dan filsafat Eropa. Falsafahnya menyebar ke berbagai seantero dunia, dimulai dari Andalusia ke seluruh daratan Eropa dan merupakan awal kebangkitan orang-orang Eropa sekarang. Ibnu Rusyd dilahirkan pada tahun 520 H/1126 M di Cordova dan wafat di Maraquesy, Maroko pada tahun 595 H/1198 M di Maghribi.[49]

Ia berasal dari lingkungan keluarga elit yang terkenal serta mempunyai kedudukan tertinggi di Andalusia, Spanyol. Ayahnya seorang hakim dan neneknya terkenal dengan gelar Ibnu Rusyd – kepala hakim di Cordova. Awalnya Ibnu Rusyd mendapat kedudukan yang baik dari Khalifah Abu Yusuf al-Mansur (1184-1194 M), pada waktu itu Ibnu Rusyd menjadi raja semua pikiran, tidak ada pendapat kecuali pendapatnya, dan tidak ada kata-kata kecuali kata-katanya. Akan tetapi, keadaan tersebut segera berubah karena ia mendapat fitnah, oleh al-Manshur dan dikurung di suatu kampung Yahudi bersama Alisanah sebagai akibat fitnahan dan tuduhan kepadanya bahwa ia telah keluar dari Islam yang dilancarkan oleh golongan penentang filsafat, yaitu para fuqaha masanya. Setelah beberapa orang terkemuka dapat meyakinkan al-Manshur tentang ketidakbenaran tuduhan-tuduhan yang ada pada diri Ibnu Rusyd maka ia dibebaskan. Akan tetapi, tidak lama berselang kemudian fitnahan dan tuduhan terjadi lagi pada dirinya, dan terkena hukuman lagi. Pada kali ini ia diasingkan ke Negeri Maghribi-Maroko, buku-buku karangannya dibakar dan ilmu filsafat tidak boleh lagi dipelajari. Sejak saat itumurid-muridnya bubar dan tidak berani lagi menyebut-nyebut namanya.

Di dalam filsafat Islam ia terkenal dengan komentator filsafat Aristoteles, sedangkan di Barat ia terkenal dengan “komentator” dan Aristoteles sebagai guru. Ia lahir sebagai filsuf dengan visi “mengawinkan” syari’at dan filsafat, disitulah letak perbedaan ia dengan filsuf lainnya. Misalnya al-Ghazali dengan karya monumentalnya Tahafut al-Falasifah justru mengkritik eksistensi (keberadaan) filsafat. Sikapnya yang opensif  terhadap aliran membawa beberapa kalangan mengatakan bahwa ia seorang pemikir yang liberal, sedangkan Imam Ghazali sering dipandang sebagai pemikir yang harus bertanggungjawab dengan disintegrasi intelektual umat Islam. Karyanya Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtashid menjadikan bukti bahwa ia seorang yang toleran terhadap ikhtilaf al-Madzahib. Menurut Aksin Wijaya bahwa:[50]

Selama ini, liberalisme dan inklusivisme Ibnu Rusyd tersebut hamper tak tergoyahkan dikalangan pemerhatinya. Nyaris tidak ada dari mereka yang berani menyangsikan, mempertanyakan dan apalagi menolak pandangan Ibnu Rusyd tersebut, baik dalam bidang filsafat maupun dalam bidang keislaman.

Kita diatas sudah berbicara bahwa Averreos merupakan komentator Aristoteles. Pemahamannya dalam dunia filsafat mengikuti pemikrian Aristoteles (murid Plato) sedangkan pemikirannya dalam dunia keislaman mengikuti madzhab Zhahiriyah. Menurut Badri Yatim ia seorang yang gigih dan serius dalam mengkaji keserasian antara syari’at dan filsafat.

Ibnu Rusyd menurut hemat penulis, pengaruhnya di daratan Eropa merupakan keberhasilannya dalam membina masyarakat. Ia tumbuh dan besar tatkala Islam pada masa keemasan, oleh karena itu dalam hidupnya ia memusatkan kepada keilmuwan walaupun juga ia pernah menjabat sebagai hakim Andalus. Ia datang ke dunia filsafat untuk menjawab kritikan-kritikan krusial dari Imam al-Ghazali. Namun disisi lain ia ingin juga mempunyai kekurangan, sikap inkonsistensinya dalam berpikir dan berargumen membuat ia menelan sendiri penyataannya. Misalnya: ia mengkritik aliran-aliran diluar dirinya yang sering kali melakukan klaim kebenaran, bahkan sampai pada pernyataan sesat dan kafir. Dia menuduh Imam al-Ghazali sebagai pihak yang harus bertanggungjawab atas mundurnya prestise dunia filsafat dan kegemaran umat untuk mempelajarinya. Kita tahu tiga karya monumentalnya yaitu Fashl al-Maqal, al-Kasyf ‘An Manahij al-‘Adillah, Tahafut at-Tahafut. Kitab pertama mengklarifikasi aliran yang menghukumi kafir mempelajari manthiq atau logika dan filsafat. Kitab kedua mengklarifikasi aliran kalam yang saling memberikan justifikasi kebernaran pemahaman al-Qur’an dan yang terkahir mengklarifikasi serta menyanggah dengan tegas pernyataan imam al-Ghazali mengenai kafirnya orang yang mempelajari filsafat. Dan masih banyak lagi inkonsistensinya alur pemikiran dari Ibnu Rusyd.

Namun semua yang ditulis pemakalah mengenai Ibnu Bajjah, Ibnu Thufail dan Ibnu Rusyd tentang kelemahan-kelemahan yang dimiliki salah satu dari ketiga filsuf  Islam di Barat dan lain sebagainya bukan untuk merendahkan eksistensi mereka, karena kita harus mengetahui segalanya yang mereka miliki itulah yang menyebabkan penulis memaparkan dalam makalah ini selagi dalam bingkai keilmiahan. Hal diatas juga merupakan sesuatu yang normal kehidupan. Karena kebenaran yang hinggap dalam jiwa insan kamil bersifat relatif, baik menurut kita belum tentu baik menuruh Sang Khaliq dan sebaliknya.

2.             Sains

Kebudayaan dan Teknologi selalu berjalan berdampingan, saling mengisi, menentukan masa depan suatu peradaban, itulah kata singkat B.J. Habibie didalam buku 99 Cahaya Di Langit Eropa. Wisdom dari cuplikan kata singkat diatas menunjukkan betapa berpengaruhnya suatu negara dengan hadirnya sains, sains akan selalu bersama dengan seiringnya zaman, ia akan semakin canggih dengan beriringannya zaman yang dilalui. Oleh karena itu bagaimanapun canggihnya sains dan lain sebagainya tidak mengharuskan kita lupa pada pelopor dari segala bidang sains.

Sains dan teknologi saat ini jika ditilik kembali tanpa sikap egoisme dan menerima kenyataan yang pernah mengangkat martabat Eropa bahkan seantero dunia ke masa awal pertumbuhannya, hal tersebut tidak lepas dari sumbangsih ilmuwan Muslim. Tidak berlebihan jika ada yang mengatakan bahwa asal-usul sains modern atau revolusi ilmiah berasal dari peradaban Islam. Umat Islam menjadi  “pionir sains modern”. Jikalau mereka tidak berperang untuk melawan sebuah nilai-nilai positif, dan jika tentara kristen tidak mengusirnya dari Spanyol, serta orang-orang Mongol tidak menyerang dan merusak bagian-bagian dari negeri-negeri Islam pada abad ke-13, mereka akan mampu menciptakan seorang Descartes, seorang Gassendi, seorang Hume, seorang Cupernicus, dan seorang Tycho Brahe, karena kita telah menemukan bibit-bibit filsafat mekanika, emperisisme, elemen-elemen utama dalam heliosentrisme dan instrumen-instrumen Tycho Brahe dalam karya-karya al-Ghazali, Ibn al-Shatir, para astronom pada observatorium margha dan karya-karya Taqiyudin.[51]

Di dalam ilmu pengetahuan, dikenal ahli seperti Abu Abbas as-Sarkasyi (abad ke-9) dalam bidang kedokteran. Muhammad, Ahmad dan Hasan ketiganya terkenal dalam bidang matematika. Al-Asma dalam bidang ilmu alam. Jabir dalam bidang kimia. Al-Biruni dalam bidang astronomi, sejarah, geografi dan matematika dan Ibnu Haitam dalam bidang optika.[52] Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam dibagian Barat mampu melahirkan pemikir-pemikir yang terkenal. Ibnu Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis buku mengenai negeri-negeri Muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibnu Batuthah yang berasal dari Tangier (1304-1377 M) mencapai samudera Pasai dan Cina. Ibnu al-Khathi (1317-1374 M) telah menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibnu Khaldun dari Tunis merupakan perumus filsafat sejarah. Mereka semua diatas bertempat tinggal di Spanyol dan kemudian hari berpindah ke Afrika.[53]

Menurut Ubadah, perkembangan ilmu sejarah di Spanyol tidak bisa dilepaskan peran dari Ibnu Khaldun (1332-1406 M). Ibnu Khaldun merupakan sosok reformer, baik analisis sejarah murni maupun historiografi. Dibandingkan dengan sejarawan seperti Ibnu Qutaibah (w. 977 M), Ibnu Hayyan (988-1076 M) serta sejarawam lainnya yang hidup lebih awal, dengan karya monumentalnya yang berjudul Muqaddimah telah menaruhkan namanya sebagai sosok yang unik terutama dalam bidang sejarah. Teori Life Cysle untuk dinasti-dinasti, baik secara langsung maupun tidak langsung telah diadopsi oleh kalangan sejarawan dunia dan di ubah menjadi civilization life cysle. Bahkan Arnold J. Toynbee mengembangkan teorinya dalam bukunya A Study Of History yang sangat mirip dengan teori yang dikembangkan oleh Ibnu Khaldun.[54]

Peradaban Islam tatkala itu memiliki khazanah ilmu yang sangat luar biasa dan mampu menghasilkan para ilmuwan yang begitu luar biasa pula. Ilmuwan-ilmuwan ini ternyata jika kita baca, mempunyai keahlian dalam berbagai bidang, misalnya: Ibnu Sina, umurnya yang relatif muda sudah berhasil menguasai berbagai ilmu khususnya dalam bidang kedokteran. Karya monumentalnya Al-Qanun fi al-Thib menjadi referensi primer di dunia Barat.

Tiada daya dan upaya atas apa yang kita alami saat ini, kondisi umat Islam khususnya dalam bidang sains dan teknologi mengalami disintegrasi karena problem internal maupun eksternal yang ada. Menurut Arief:[55]

Sains Islam mulai terlihat kemunduran yang signifikan adalah selepas tahun 1800 disebabkan faktor eksternal seperti pengaruh penjajahan yang dengan sengaja menghancurkan sistem ekonomi lokal yang menyokong kegiatan sains dan industri lokal. Contohnya seperti apa yang terjadi di Bengali, India, saat sistem kerajinan industri dan kerajinan lokal dihancurkan demi mensukseskan ‘revolusi industri” di Inggris.

Sains dan teknologi adalah simbol kemodernan. Akan tetapi, tidak hanya karena modern, kemudian kita mengabaikan agama sebagaimana yang terjadi di Barat dengan ideologi sekularisme. Karena sains dan teknologi tidak akan pernah bertentangan dengan ajaran Islam yang relevan di setiap zaman.

3.             Fiqh

Dalam bidang fiqh Spanyol Muslim ikut serta dalam mencerahkan belahan Eropa. Menurut Badri Yatim, Spanyol Muslim menganut aliran Imam Malik. Yang pertama kali memperkenalkan madzhab tersebut adalah Ziyad ibn Abd al-Rahman. Perkembangan setelahnya diteruskan oleh seorang qodhi yang bernama Ibn Yahya pada zamannya Hisyam ibn Abd al-Rahman. Pakar-pakar fiqh yang terkenal lainnya adalah Abu Bakar ibn al-Quthiyah, Munzir ibn Sa’id al-Baluti dan Ibnu Hazm.[56]

4.             Musik dan Kesenian

Dalam bidang musik dan seni, Spanyol Muslim mencapai sinar ilmu dengan tokohnya al-Hasan ibn Nafi yang mendapat julukan Zaryab. Kemahirannya sangat terkenal tatkala diselenggarakan berbagai acara pada zamanny, ia bukan saja mahir dalam bidang bersuara namun ia sering mengubah-ngubah lagu dan syi’ir. Sebelum ia wafat ia mengajarkan kepada keturunan dan budak-budaknya.[57]

5.             Bahasa dan Sanstra

Dalam bidang bahasa dan sastra, Spanyol Muslim sangat mahir dalam berbahasa khususnya bahasa Arab. Bahasa Arab merupakan bahasa primer bagi mereka dan bahasa ibu dijadikan bahasa sekunder.

Tokoh-tokoh yang terkenal adalah Al-Imam Abi Abdillah Muhammad Jamaluddin ibn Malik (600-672 H) pengarang kitab Al-fiyah. Ibnu Sayyidih, Ibnu Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan ibn ‘Usfur dan Abu Hayyan al-Garnathi.

b.             Kemegahan Pembangunan Fisik

Pembangunan fisik menjadi perhatian yang genting buat Spanyol Muslim. Segalanya yang membuat kenyamanan negara mereka lakukan, seperti bendungan, dam-dam, saluran sekunder maupun tersier sampai jembatan-jembatan air mereka dirikan, yang mana akhirnya membuat masyarakat Spanyol menjadi tentram. Dari kesemuan pembangunan yang ada pada masa itu yang paling menonjol adalag kemajuan pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman dan taman-taman. Masjid Cordova tatkala itu sangat megah, kota al-Zahra, istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana al-Makmun, masjid Sevilla dan istana al-Hamra di Granada.[58]

1.             Cordova

Cordova merupakan ibu kota Spanyol sebelum kedatangan Islam, yang kemudian diambil alih oleh Bani Umayyah. Ketika penguasa Muslim mempunyai peran penting, kota-kota yang ada direhabilitasi dan direnovasi sebaik mungkin. Segalanya pada waktu itu menjadi sangat indah. Sejarawan mengatakan masjid di kota Spanyol mencapai 491 bahkan lebih dan tempat pemandian mencapai 900.

Di dalam situs eramuslim.com pada hari Jum’at-10-2006, UNESCO telah ditetapkan sebagai salah satu peninggalan bersejarah yang penting yang pernah ada di dunia. Masjid yang dibangun oleh khalifah Abdurrahman I pada tahun 787 dan khalifah selanjutnya meneruskan pembangunannya. Warga Spanyol Muslim saat ini diperkirakan mencapai 750.000 orang dari 40 juta jumlah total penduduk Spanyol. Spanyol mengakui Islam sebagai agama resmi di negeri itu, berdasarkan undang-undang kebebasan beragama yang disahkan pada Juli 1967.[59]

2.             Granada

Granada adalah tempat pertahanan umat Islam terkahir di Spanyol. Granada merupakan pengalihan dari Cordova. Cendekiawan Islam dan para pemikir lainnya berkumpul ditempat ini. Pembangunan istana al-Hamra merupakan puncak istana megah yang pernah ada di Spanyol, taman-taman yang dibangun para arsitektur tidak kalah indah dan megahnya.[60]

c.             Faktor-Faktor Pendukung Kemajuan

Kemajuan yang dialami tidak bisa dilepaskan dari beberapa penguasa yang mempunyai pengaruh signifikan di wilayah Spanyol. Seperti Abdurrahman al-Dkahil, Abdurrahman al-Wasith dan Abdurrahman al-Nastir.

Toleransi beragama merupakan senjata ampuh yang mampu mempersatukan berbagai etnis maupun suku, karena masyarakat Spanyol adalah masyarakat majemuk atau plural. Persaingan-persaingan sengit yang ada tidak selalu diakhiri dengan sikap perang karena toleransi beragama sudah menjiwai kedalam relung hati setiap mereka. Perpecahan politik yang pernah terjadi pada masa Muluk al-Thawa’if dan setelahnya tidak menyebabkan kemunduran Spanyol Muslim tatkala itu.[61]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


[1]. Bangsa Vandal adalah bangsa yang berimigrasi dari negeri asal mereka, suatu daerah yang terletak diantara sungai Order dan Vistuala. Pemimpin daerah ini mendirikan kerajaan di provinsi Chartage.

[2]. Nasrah, Sebab-Sebab Kehancuran Islam Di Spanyol – Suatu Tinjauan Historis, Penerbit: Universitas Sumatra Utara, 2004, hal. 1.

[3]. Hammudah Abdalati, Islam In Focus, Penerbit: Dar Al-Manarah, 2007/1428, hal. 21

[4]. Fase dalam sejarah Islam terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: pertama: fase Klasik, kedua: fase Pertengahan, ketiga: fase Modern.

[5]. Terjemahan dari kitab “Al-Islam Din Al-Ilmi Wa Al-Madany” karya Syaikh Muhammad Abduh (1849-1905 M) oleh Haris Fadhilah dan Muhammad Abqory, Islam – Ilmu Pengetahuan dan Masyarakat Madani, Penerbit: PT. Raja Grafindo Persada, 2005, hal. X.

[6]. Qs. Al-Baqarah/2: 191.

[7].Qs. At-Taubah/9: 122.

[8]. Dr. Musthafa as-Siba’i, Min Rowai’ Hadhorotina, 1999 M, alih bahasa oleh Gozali J Sudirjo, Peradaban Islam, 2011, Penerbit: Dar al-Waroq li Nasyr wa Tauji’, Beirut-Libanon, hal. 4.

[9]. Dr. Husain Muannas, Mausu’ah Tarikh Al-Andalus “Tarikh Wa Fikr Wa Hadharah Wa Turast”, Penerbit: Maktabah ast-Staqafah ad-Diniyah, hal. 161.

[10]. Sudirman, Islam Dan Peradaban Spanyol – Catatan Kritis Beberapa Factor Penyebab Kesuksesan Islam Spanyol, Penerbit: Fakultas Syari’ah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, hal. 3.

[11]. Barbar merupakan suatu bangsa yang masih mempunyai ikatan dengan bangsa Hamiyah, bangsa kulit putih dan dalam masa pra sejarah mungkin berasal dari bangsa Samyah. Kebanyakan orang Barbar yang mendiami pesisir berideologi Kristen. Orang yang paling terkenal dalam agama Kristen tua semisal Tertullianus, Santa Cyprianus dan Santa Agustinus.

[12]. A. Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, 1995, Jakarta: al-Husna Zikra, hal. 156. Lihat juga Philip K. Hitti, History Of The Arabs, Penerbit: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2010 M, hal. 628.

[13]. Dr. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Penerbit: Rajawali Press, hal. 88.

[14]. Nama aslinya adalah Urban atau Olban. Kisah tentang pemerkosaan terhadap anak gadisnya yang cantik, Florinda, oleh Roderick, yang sering dipaparkan dalam cerita kerjasama Julian dengan orang-orang Arab, hanyalah legenda belaka. Kenyataannya seluruh cerita penaklukan itu telah banyak dibubuhi oleh para penulis kronik Spanyol dan Arab.Philip K. Hitti, History Of The Arabs” Penerbit: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2010 M, hal. 628.

[15]. Badri Yatim, op. cit., hal. 89.

[16]. Ibu kota kerajaan Goth saat itu.

[17]. Badri Yatim, op.cit., hal. 90.

[18]. Badri Yatim, op.cit., hal. 93.

[19]. Drs. Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Penerbit: Amzah, 2010, hal. 168.

[20].  Badri Yatim, op. cit., hal. 94.

[21]. Sudirman, Islam Dan Peradaban Spanyol – Catatan Kritis Beberapa Factor Penyebab Kesuksesan Islam Spanyol, Penerbit: Fakultas Syari’ah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, hal. 7.

[22].  Philip K. Hitti, History Of The Arabs, Penerbit: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2010 M, hal. 639.

[23].  Badri Yatim, op. cit., hal. 95.

[24].  Sudirman, op. cit.,hal. 8.

[25]. Hisyam adalah anak dari Abdurrahman ad-Dakhil, ia menunjuk anaknya dua tahun sebelum wafatnya yaitu pada tahun 789 M.

[26]. Badri Yatim,op. cit., hal. 95.

[27]. Badri Yatim,op. cit.,hal. 96.

[28].Drs. Samsul Munir Amin,op. cit., hal. 169.

[29]. Sayyid Amir Ali, Mukhtashor Tarikh al-‘Arab Wa Tamadhun al-Islami, Penerbit: Darul al-Afaq al-‘Arabiyah, 2000, hal. 432.

[30]. Prof. Dr. Hj. Musyrifah Sunanto,Sejarah Islam Klasik, Penerbit: Prenada Media Group, 2011, hal. 126.

[31]. Badri Yatim,op. cit., hal. 97.

[32]. Ibid, hal. 98.

[33]. Ibid, hal. 98.

[34]. Ibid, hal. 100.

[35]. Ibid, hal. 100.

[36]. Dr. Sulaiman Dunya, at-Tafkir al-Falsafiy al-Islami, Penerbit: al-Khananaji-Mesir, 1967, hal. 14-15.

[37].  Fuad Hasan, Pengantar Filsafat Barat, Penerbit: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1996, hal. 9.

[38]. Louis O. Kattsof, Elements Of Philosophy. Alih bahasa Soejono Soemargono, Pengantar Filsafat, Penerbit: Tiara Wacana Yogya, 1992, hal. 48.

[39]. Nina M. Armado, dkk, Ensiklopedi Islam, Penerbit: PT. Intermasa-Jakarta, hal. 177.

[40]. Harun Nasution, Akal dan Wahyu Dalam Islam, Penerbit: Universitas Indonesia, 1986, hal. 57.

[41]. Ensiklopedi Islam, Penerbit: PT. Intermasa-Jakarta, hal. 178.

[42]. Harun Nasution, Teologi Islam – Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Penerbit: Universitas Indonesia, 2008, hal. 40.

[43]. Ensiklopedi Islam, op. cit., hal. 178.

[44]. Prof. Dr. Hj. Musyrifah Sunanto,op. cit., hal. 127.

[46]. Badri Yatim, op. cit., hal.101.

[47]. Http://lateralbandung.wordpress.com/2007/07/03/ibnu-thufail-novelis-muslim-dari-spanyol.

[48]. Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtashid, Penerbit: Darul Fikr-Beirut-Libanon, 2008.

[49].  Dick Hartoko, Kamus Populer Filsafat, Penerbit: CV. Rajawali, 1986, hal. 92.

[50]. Dr. Aksin Wijaya, Teori Interpretasi Al-Qur’an Ibnu Rusyd – Kritik Ideologis-Hermeneutis, Penerbit: PT. LKIS,2009, hal. V.

[51]. Http://b4nk411.student.umm.ac.id/2010/07/09/islam-sains-dan-teknologi.

[52]. Ensklipode islam, op. cit., hal. 178.

[53]. Badri Yatim, op. cit., hal. 102.

[54]. Ubadah, op. cit., hal. 160.

[55]. Http://b4nk411.student.umm.ac.id/2010/07/09/islam-sains-dan-teknologi.

[56]. Badri Yatim, op. cit., hal. 103.

[57]. Ibid, hal. 103.

[58]. Ibid, hal. 104.

[59]. http://eramuslim.com, Jumat, 10 Maret 2006 18:44 WIB.

[60]. Badri Yatim, op. cit., hal. 105.

[61]. Ibid, hal. 106-107.